Di bangku itu, sepasang makhluk Tuhan yang lama tak bertatap wajah mulai bertukar kabar. Sedikit-sedikit, kekakuan yang tadi ada mulai mencair. Dijebak hujan di tempat yang sama, hanya berdua saja, mereka bertukar cerita. Di mulai dengan masa-masa yang sudah terlewatkan, hingga sekarang. Sampai akhirnya, setengah jam kemudian hujan reda juga.
Mereka terdiam, sang perempuan melihat genangan air yang terhampar di aspal sekitar. Hujan sudah benar-benar berhenti. Angin pun tidak ikut mengalir. Seolah semua ikut terdiam saat itu. kemudian sang perempuan menarik nafas panjang.
“Aku masih mencintaimu”.
Suara merdu itu mengucapkan kalimat magis bagi para pencinta sore itu. diatas atap sebuah gedung tinggi di pusat kota keduanya berdiri berhadapan dan mengikat hati lewat tatapan. Sorot mata hangat memancar dari keduanya. Keduanya sama-sama diam, mungkin semua itu terlalu mengejutkan hingga mengelukan lidah mereka.
Dibawah tetesan sisa hujan, mereka bak batu pualam yang begitu indah karena luapan cinta dari keduanya. Cin ta yang bersumber dari dalam hati, mengalir begitu deras memenuhi perasaannya hingga perasaan itu tak mampu lagi menampung dan cinta itu mengalir ke luar. Berkilau bagaiman tumpukkan bintang dilangit, rupawan bagai hujan meteor.
Blogroll
Blog List
Kamis, 25 Oktober 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar